Siapa Bilang Bintang Berkelip?
Bintang di langit, kerlip engkau di sana…
Memberi cahayanya di setiap insan…
Malam yang dingin, kuharap engkau datang…
Memberi kerinduan di sela mimpi-mimpinya…
(Bintang, Air)
Masih ingat lagu itu kan? Itu memang hanya lagu. Seperti halnya lagu “Bintang Kecil” yang ‘tidak ilmiah’, lagu yang ini juga sepertinya begitu. Bintang memang terlihat berkerlipan, tapi apa memang demikian?
Untuk mengamati bintang, mari kita amati saja matahari. Bukankah matahari adalah salah satu dari miliaran bintang di jagad raya ini? Coba perhatikan, apa matahari kelihatan berkelip? Jika ingin memandang matahari dengan mata telanjang, coba tatap pada pagi hari kira-kira jam 7. Dulu saya pernah berlama-lama mengamati matahari. Saya ingat, waktu itu saya masih SD, saya kabur dan sembunyi di kebun belakang rumah, dimarahi gara-gara tidak mau berangkat ke sekolah. Ini betulan lho, hehe….
Penampakan permukaan matahari memang tidak selalu konstan. Dengan mata telanjang kita bisa melihat lidah-lidah api di permukaannya. Sebagaimana layaknya api, warnanya pun tidak konstan. Tapi secara umum, itu tidak bisa disebut berkelip. Bandingkan dengan bintang yang kelihatan berkelap-kelip begitu jelasnya. Kok bisa ya?
Kerlip bintang terjadi karena pembiasan cahayanya oleh atmosfer bumi. Atmosfer memiliki kerapatan (density) yang berbeda-beda di setiap tempat. Itu yang menyebabkan bintang tampak berubah-ubah dalam waktu sepersekian detik: redup, terang, tak tampak, lalu terang lagi, dan seterusnya; yang kita namakan berkerlip.
Supaya mudah membayangkannya, kita analogikan saja dengan lampu di kamar kita sebagai bintang dengan gelas belimbing sebagai atmosfernya. Letakkan gelas di antara mata dan lampu. Jika kita memutar atau menggerak-gerakkan gelas itu, maka lampu akan terlihat berkelipan. Jelas kan?
Lalu bagaimana dengan warnanya? Mengapa bintang memiliki warna yang berbeda-beda? Kita bahas di postingan selanjutnya ya….
Leave a Reply