Tahun Berapa Kita Merdeka? Bukan ’45, Lho!

Ada yang tidak hafal teks Proklamasi? Kalo ada ya t.e.r.l.a.l.u. Pernah tidak kalian perhatikan (benar-benar memperhatikan) teks asli Proklamasi yang dirancang Eyang Soekarno dkk itu? Kalo selama ini kalian cuekin, coba sekarang perhatikan baik-baik…..


Gambar di atas adalah naskah Proklamasi asli. Ada beberapa coretan di situ, yang menggambarkan bagaimana saat itu terjadi tukar pikiran di antara mereka untuk memilih kata-kata yang tepat. Setelah jadi, teks itu kemudian diketik oleh Eyang Sayuti Melik. Begini hasil ketikannya.


Kita lihat, ada beberapa perubahan setelah naskah itu diketik. Pastinya, itu bukan suka-suka Eyang Sayuti aja mengubah tulisan kan 🙂 tapi memang ada perubahan lagi selain yang dicoret-coret di atas. Yah, lebih tepatnya penyempurnaan. Kata hal2 setelah diketik menjadi hal-hal, saksama menjadi seksama, kata tempoh menjadi tempo, wakil2 menjadi atas nama. Lalu, kata sesingkat-singkatnja menjadi sesingkat-singkatja. Wah, kalo ini sih bukan koreksi namanya; yang tadinya udah bener malah jadi salah. Yah, biar bagaimanapun Eyang Sayuti adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan kan? Justru beliau adalah salah satu dari para pendiri bangsa yang tidak bisa dicari bandingannya saat ini.

Masih ada lagi. Tulisan Djakarta, 17-8-’05 diketik menjadi Djakarta, hari 17 boelan 08 tahoen 05. Ini juga ada yang kurang, tanda petik di angka tahun tidak ada, seharusnya ’05 terketik 05. Saya bilang “terketik”, bukan “diketik” karena saya yakin Eyang Sayuti tidak sengaja meninggalkan tanda petiknya.

Sudah?

Tunggu dulu… Kita belum membahas apa yang membuat saya gatal untuk menulis artikel ini. Kapan bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya? Tanggal 17 Agustus 1945, semua orang juga tahu. Tapi mengapa di teks proklamasi, baik yang berupa draft maupun ketikan tertera tahun ’05?

Jangan menyalahkan mereka dulu. Pada saat itu, kita sedang berjuang untuk melepaskan diri dari jajahan Jepang. Namanya jajahan, bukan hanya pemerintahannya saja yang harus mengikut pada negara penjajah, termasuk juga sosial budaya. Ada beberapa upacara kenegaraan Kekaisaran Jepang yang juga harus diikuti di Indonesia, seperti penghormatan pada Dewa Matahari dan peringatan ulang tahun Kaisar Jepang. Bendera dan lagu kebangsaan pun, sudah pasti sebagaimana negara panjajah. Termasuk di sini adalah dalam hal penanggalan. Saat itu di Indonesia yang dipakai adalah tahun Jepang, yaitu Tahun Sumera. (Ingat, Tahun Sumera – bukan Tahu Sumedang)

Jika Tahun Masehi dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih, Tahun Hijriah dihitung sejak hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabat ke Madinah, maka Tahun Sumera dihitung berdasarkan tahun Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM. Pada saat teks proklamasi dibuat, saat itu tahun 1945 M, jadi tahun Sumera-nya adalah: 660+1945=2605. Itulah sebabnya pada teks proklamasi yang tertera adalah ’05, bukan ’45.

Sekedar info tambahan, Sayuti Melik – pengetik naskah teks proklamasi yang terkenal itu, memiliki nama lengkap Mohamad Ibnu Sayuti, lahir di Sleman, 22 November 1908, meninggal di Jakarta, 27 Februari 1989. Eh, ternyata beliau masih ada ketika daku dilahirkan…. Dan ini adalah foto gantengnya yang sangat legendaris, yang selalu muncul di buku-buku sejarah…


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Live Chat

Join the Live Chat