Aku Masih Ingin ke Bulan!
Dulu, menginjakkan kaki di bulan terasa hanyalah mimpi. Puluhan abad manusia hanya mampu memandangi bulan dari kejauhan, tanpa mampu mengenali siapa sebenarnya bulan, apalagi mendekati. Seiring bertambahnya pengetahuan dan teknologi, manusia mulai bisa lebih mengenal putri penerang di malam hari ini. Hingga pada tahun 1969, NASA dengan Program Apollo-nya berhasil mendaratkan tiga orang astronomnya ke satelit bumi ini – dua orang benar-benar menginjakkan kakinya di bulan (Neil Armstrong dan Edwin ‘Buzz’ Aldrin), satu tetap di dalam pesawat untuk memantau (Michael Collins). Setelah pendaratan fenomenal yang disaksikan manusia dari seluruh pelosok bumi ini, penjelajahan manusia ke bulan terus dilakukan hingga tahun 1972. Penerbangan berawak ke bulan yang terakhir adalah misi penerbangan Apollo 17 (pendaratan pesawat berawak yang ke-6). Setelah itu tidak ada lagi pendaratan yang lain, bahkan hingga tahun 2016 ini, 44 tahun setelah penerbangan berawak yang terakhir. Padahal, sains dan teknologi pada rentang waktu ini mengalami kemajuan yang beditu hebatnya. Perkembangan teknologi komunikasi, transportasi darat maupun udara, komputerisasi dan dunia digital, semuanya bagai tak terbendung. Tapi pendaratan manusia di bulan? Tidak ada kabar yang mengejutkan. Ternyata mimpi untuk menginjakkan kaki di bulan akan tetap menjadi mimpi bagi kita.
Tentu saja, para ilmuwan tidak bisa seenaknya saja jalan-jalan ke bulan tanpa perhitungan yang matang. Untuk mendaratkan manusia di bulan, Program Apollo menghabiskan USD 24 miliar. Saat ini pasti lebih mahal lagi karena inflasi sejak hampir lima puluh tahun yang lalu. Sudah pasti, tidak akan ada yang mau menanggung biaya begitu besar tanpa ada manfaat yang jelas dan hasil yang setimpal. Jika hanya untuk mengumpulkan batuan-batuan yang ada di bulan, saat ini para astronom bisa menggunakan robot. Setelah tahun 1972 itu, pengiriman pesawat ke bulan lebih banyak hanya ditujukan sebagai misi pengorbitan tanpa awak. Semuanya dilakukan untuk mengamati, mencari, dan mempelajari bulan. Jadi jangan pesimis dulu, penjelajahan terhadap bulan belum berhenti kok, hanya sedang dalam proses.
Beberapa waktu yang lalu beredar kabar tentang perjalanan satu kali ke bulan. Seseorang – atau lembaga yang bekerja sama dengan para sponsor akan menyediakan perjalanan ke bulan dengan beberapa persyaratan. Yang membuat kita ingin tertawa adalah, ini adalah perjalanan pergi tanpa pulang. Jika ini adalah perjalanan sekeluarga mungkin akan banyak yang berminat. Tapi kalau seorang diri? Saya yakin, orang-orang putus asa yang ingin meninggalkan bumi lebih berminat dibanding ilmuwan sejati yang sangat terobsesi pada bulan. Dan saya hampir yakin anda tidak termasuk keduanya. Dan seperti yang diperkirakan, program perjalanan satu arah ini gagal total.
Meskipun di atas saya sebutkan tidak ada perkembangan yang mengejutkan akan penjelajahan terhadap bulan, namun bukan berarti hal ini terjadi pada penelitiannya. Sebenarnya, sejak pendaratan manusia di bulan tahun 1969, sudah banyak perkembangan yang didapat dari penelitian terhadap bulan. Namun hal itu mungkin hanya mengejutkan para ilmuwan, tidak mengejutkan masyarakat awam seperti kita pada umummnya. Siapa yang peduli jika NASA mengatakan di salah satu sudut permukaan bulan mengandung batuan yang sama dengan batuan yang ada di Afrika, misalnya? Tapi masyarakat bumi pasti akan heboh jika ada pendaratan yang sama persis dengan tahun 1969 – meskipin tanpa perkembangan ilmu pengetahuan sama sekali.
Bisa dikatakan, penjelajahan terhadap bulan saat ini sedang dalam tahap penelitian. Ingat, menjelajahi ruang angkasa tidak sesederhana menjelajahi hutan di Kalimantan. Butuh penelitian yang matang agar hasilnya maksimal dan penjelajahan yang dilakukan tidak sia-sia. Jadi, janganlah berhenti. Tetaplah bermimpi menginjakkan kakimu di bulan!
Leave a Reply