Amankah Mengkonsumsi Darah?
Lagi-lagi tentang darah. Ini bukan berarti saya terobsesi dengan darah, tapi entah mengapa ada saja ide yang muncul dan info yang lewat sehubungan dengan darah. Kali ini mungkin lebih aneh dari sebelum-sebelumnya, karena saya akan membahas aman tidaknya seseorang mengkonsumsi darah.
Hiiyyy….
Dalam Agama Islam, mengkonsumsi darah tentu saja dilarang (saya tidak tahu menurut agama lain), namun saya akan membahas menurut sisi medis. Amankah mengkonsumsi darah? Dalam jumlah kecil, sebutlah satu sendok teh, meminum darah yang bersih dari kuman dan penyakit bisa jadi tidak berbahaya. Namun lebih dari itu?
Faktanya, darah akan menjadi racun ketika diminum. Jika darah berada dalam bagian tubuh yang lain seperti jantung, pembuluh, atau semacamnya itu akan sangat berguna bagi tubuh, karena memang di sanalah tempatnya. Tetapi jika darah memasuki organ pencernaan, itu lain ceritanya. Setiap racun punya dosis tersendiri agar bisa membahayakan. Misalnya saja satu sendok minyak tanah yang tertelan mungkin tidak akan terlalu berbahaya, tapi setetes bisa ular mungkin bisa merenggut nyawa. Tapi tetap saja, hanya segelintir dari berbagai jenis racun yang tidak membahayakan. Semakin banyak tertelan, semakin besar bahayanya.
Karena darah kaya akan zat besi – dan karena tubuh mempunyai kesulitan untuk mengeluarkan zat besi – hewan-hewan yang mengkonsumsi darah biasanya beresiko keracunan karena kelebihan darah (overdosis). Meski zat besi penting bagi mereka dan hampir semua makhluk hidup, dalam jumlah yang tinggi bisa saja menjadi racun. Kondisi seperti ini disebut haemochromatosis, yang bisa menyebabkan bermacam-macam penyakit dan masalah, termasuk kerusakan hati, paru-paru basah, dehidrasi, tekanan darah rendah, dan perasaan gelisah.
Meskipun darah adalah racun, namun bukan berarti tidak ada manusia yang mengkonsumsi darah. Hah, minum darah? Ya, seperti yang saya baca dalam artikel di situs BBC, John Edgar Browning seorang peneliti dari Georgia Tech menyatakan bahwa ribuan orang di Amerika Serikat meminum darah dengan berbagai alasan. Di antaranya menyatakan kalau oksigen, zat besi dan zat terkandung lainnya memberikan mereka energi, dan tak satupun dari responden yang diwawancarai pernah sakit karenanya, mungkin saja karena tidak melebihi batas aman. Jika ada kesempatan, saya akan menuliskan tentang para peminum darah ini dalam artikel tersendiri.
Tidak seperti manusia, tubuh hewan pengkonsumsi darah memiliki mekanisme pencernaan tersendiri. Misalnya seperti yang ditulis Katherine Ramsland dalam bukunya “The Science of Vampires“, kelelawar membutuhkan banyak darah yang menghasilkan hemoglobin untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (ada yang baru tahu kelelawar bernapas dengan paru-paru?). Biasanya zat besi yang masuk melebihi jumlah yang dibutuhkan kelelawar, oleh sebab itu kelelawar memiliki proses pembuangan yang unik. Penelitian memperkirakan kelelawar memiliki membran di sepanjang usus yang mencegah terlalu banyak zat besi masuk ke dalam aliran darahnya.
Kita tentu saja bukan kelelawar yang mempunyai sistem pencernaan sedemikian rupa. Mengkonsumsi darah tanpa sistem penyaringan darah bisa saja membuat kita mati percuma.
Referensi:
http://www.livescience.com
Leave a Reply