Salahkah Kita Menuliskan ‘Amin’?

Begitu seringnya kita membaca tentang hal ini, yaitu lafaz ‘Amin’ yang biasa dibaca sebagai penutup doa. Yang selalu kita temukan di media sosial, blog-blog, atau di manapun itu, pengucapan yang benar adalah ‘aamiin’ dengan dua huruf a dan dua huruf i, atau dengan kata lain lafaz a dan i dibaca panjang. Selain dari itu maka memiliki arti yang berbeda.

Begini kurang lebih pengertian lengkapnya:

  • Amin : Aman
  • Aamin : Meminta pertolongan
  • Amiin : Jujur
  • Aamiin : Kabulkan doa kami.

Setelah menyimak arti-arti dari kata ‘amin’, ‘aamin’, ‘amiin’, dan ‘aamiin’, saya bisa yakin hampir seratus persen dari pembaca akan memilih kata ‘aamiin’ sebagai penutup doa. Tapi tahukah anda, bahwa dalam Bahasa Indonesia, tidak ada kata ‘aamiin’, dan yang ada justru kata ‘amin’ dengan satu huruf a dan satu hutuf i?

Eits… Jangan terburu-buru untuk menyangkal sebelum anda membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk mengeceknya. Anda tidak perlu membeli atau meminjam kamus super berat itu di perpustakaan untuk mengeceknya, karena saat ini anda sudah bisa membukanya secara online dari mana saja.

Silakan cek di sini untuk memeriksa kata ‘aamiin’. Atau berikut ini screenshoot-nya:

Tidak ada ‘kan? Sekarang kita buka arti kata ‘amin’.

 

 

Nah, ada ‘kan? Di situ tertulis kata ‘amin’ dengan satu huruf a dan satu huruf i memiliki makna “terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya (dikatakan pada waktu berdoa atau sesudah berdoa)”

Wah, kalau begini mana dong yang benar?

Tidak usah bingung, apalagi sampai ribut. Kata ‘amin’ yang ada dalam KBBI sebenarnya adalah kata serapan yang tentu saja berasal dari Bahasa Arab. Sebagaimana lazimnya kata-kata serapan lainnya, kebanyakan dari kata-kata itu mengalami sedikit perubahan, disesuaikan dengan lidah orang Indonesia dan juga penulisan yang lazim dalam Bahasa Indonesia. Begitu juga dengan kata ‘amin’ ini. Meski dalam Bahasa Arab pelafalan yang benar adalah ‘aamiin’ dengan a dan i panjang, setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi ‘amin’ dengan satu huruf a dan satu huruf i.

Lalu bagaimana cara penulisan yang benar? Jika anda menulis dalam Bahasa Indonesia, tentu saja kata ‘amin’ yang tepat digunakan. Lalu bagaimana dengan kata ‘aamiin’? Ini juga tidak salah – tentu saja – jika anda menuliskannya sebagai Bahasa Arab dalam Huruf Latin.

Agar tidak bingung, saya tuliskan contoh:

“Ya, Allah.. Berilah aku kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat. Amin…” (Bahasa Indonesia)

“Robbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanah, wa fil-aakhiroti hasanah, waqinaa ‘adzaabannaar… Aamiin…” (Bahasa Arab)

Sebenarnya, kata ‘amin’ hanyalah satu dari sekian banyak kata serapan yang selalu ‘dipermasalahkan’. Contoh kata yang lain adalah ‘salat’ atau ‘sholat’. Dalam KBBI, kata yang benar adalah ‘salat’, namun kebanyakan orang lebih memilih kata ‘sholat’ karena lebih sesuai dengan lafaz Arab-nya. Sesuai? Tidak juga, lafaz yang paling sesuai menurut Bahasa Arab adalah ‘sholaat’. Tapi toh kita tidak pernah menuliskannya demikian. Nah, lho…..

Yang lebih anehnya, kita tidak pernah mempermasalahkan penulisan kata ‘Allah’. Padahal, dalam lafaz Arab, yang benar seharusnya adalah ‘Allaah’. Jika kita ingin konsisten, seharusnya ketika kita memilih kata ‘aamiin’, maka lebih tepat kita memiilih kata ‘sholaat’ dan ‘Allaah’; dan ketika kita memilih kata ‘Allah‘, ya seharusnya kita memilih kata ‘amin‘ dan ‘salat‘.

Sebagai kesimpulan dari artikel saya, ketika menulis kata-kata asing, khususnya Bahasa Arab, hendaknya pastikan yang sedang kita tulis itu memang Bahasa Arab atau kata serapan dalam Bahasa Indonesia. Ketika anda menulis Bahasa Arab, tulislah sesuai dengan lafaz yang tepat menurut bahasa asalnya, namun ketika anda menuliskannya sebagai kata serapan (Bahasa Indonesia), maka tulislah sesuai dengan KBBI dan Ejaan Yang Disempurnakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Live Chat

Join the Live Chat